Slide Show Wisata dan Budaya Kalbar

Senin, 06 Desember 2010

Tugu Khatulistiwa

Tugu Khatulistiwa


Tugu Khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument berada di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Propinsi Kalimantan Barat. Lokasinya berada sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak, ke arah kota Mempawah.
Tugu ini menjadi salah satu ikon wisata Kota Pontianak dan selalu dikunjungi masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Kota Pontianak.
Sejarah mengenai pembangunan tugu ini dapat dibaca pada catatan yang terdapat didalam gedung.

Dalam catatan tersebut disebutkan bahwa : Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indië : Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak dengan konstruksi sebagai berikut :
a. Tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah.
b. Tahun 1930 disempurnakan, berbentuk tonggak dengan lingkarang dan anak panah.
c. Tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh opzicter / architech Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat pada bagian dalam.
d. Tahun tahun 1990, kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Peresmiannya pada tanggal 21 September 1991.

Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter.
Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter.
Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20' OLvGr menunjukkan letak berdirinya tugu khatulistiwa pada garis Bujur Timur.
Pada bulan Maret 2005, Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi untuk menentukan lokasi titik nol garis khatulistiwa di Kota Pontianak. Koreksi dilakukan dengan menggunakan gabungan metoda terestrial dan ekstraterestrial yaitu menggunakan global positioning system (GPS) dan stake-out titik nol garis khatulistiwa dikoreksi
Hasil pengukuran oleh tim BPPT, menunjukkan, posisi tepat Tugu Khatulistiwa saat ini berada pada 0 derajat, 0 menit, 3,809 detik lintang utara; dan, 109 derajat, 19 menit, 19,9 detik bujur timur
Sementara, posisi 0 derajat, 0 menit dan 0 detik ternyata melewati taman atau tepatnya 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari arah tugu saat ini. Di tempat itulah kini dibangun patok baru yang masih terbuat dari pipa PVC dan belahan garis barat-timur ditandai dengan tali rafia.
Mengenai posisi yang tertera dalam tugu (0 derajat, 0 menit dan 0 detik lintang, 109 derajat 20 menit, 0 detik bujur timur), berdasarkan hasil pelacakan tim BPPT, titik itu terletak 1,2 km dari Tugu Khatulistiwa, tepatnya di belakang sebuah rumah di Jl Sungai Selamat, kelurahan Siantan Hilir.
Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu.
Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan

Sabtu, 04 Desember 2010

Lancang Kuning Ikon Sejarah Budaya

Lancang Kuning



Banyaknya peninggalan sejarah di Kalimantan Barat, sering dijadikan sebagai salah satu maskot maupun ikon dalam berbagai kegiatan bai yang bersifat sosial, budaya atau pun kemasyarakatan. Seperti hal, Lancang Kuning, salah satu alat transportasi sejumlah kerajaan di Kalimantan Barat tempo dulu.
Khusus untuk di kalangan Istana Kadariah, Lancang Kuning bukan lagi merupakan peninggalan yang asing namun sejak dahulu sudah dipakai sultan Pontianak untuk berbagai kegiatan adat istiadat budaya menyusuri Sungai Kapuas.
Warnanya yang kuning adalah warna keramat bagi kerabat istana maupun masyarakat di kalangan etnis Melayu. Dengan panjang yang dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan, kadangkala perahu kebanggaan raja ketika itu, dapat ditumpangi antara 8 - 10 orang penumpang.
Namun seiring perkembangan zaman, Lancang Kuning jarang ditemui di berbagai tempat bahkan keberadaannya hampir hilang bak ditelan bumi. Beruntung saja, sejumlah pengrajin kecil masih memiliki hati yang luhur dengan mempertahankan kebesaran nama Lancang Kuning, dengan membuat duplikatnya berbagai ukuran.
Akan tetapi ada juga duplikat Lancang Kuning digunakan untuk parade budaya yang digelar setahun sekali baik event budaya masyarakat Dayak, Melayu atau pun yang lainnya misalnya ketika even robo-robo yang masih menggunakan motif Lancang Kuning. Oleh karena itu agar nilai sejarahnya tidak hilang dan tetap mempertahankan namanya sebagai salah satu ikon Kalbar, pemerintah saat ini telah membuat satu duplikatnya di Museum Negeri Provinsi Kalbar.
Tak hanya itu kepedulian terhadap peninggalan benda sejarah ini, juga ditunjukan beberapa penata dekorasi yang ada di Kota Pontianak untuk digunakan sebagai tempat meletakan buah-buahan atau minuman.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai nilai sejarah bangsanya sendiri. Demikian sebuah pepatah yang hingga kini masih berlaku. Komitmen dan kepedulian kita semua diharapkan untuk melestarikan berbagai benda bersejarah dan memiliki nilai peradaban tinggi tersebut

Jumat, 03 Desember 2010

Jeram Hulu Sungai Kapuas




PETUALANG: Jeram-jeram hulu Kapuas dengan arus air yang deras dan bebatuan besar menjadikan petualang menarik di penghujung Sungai Kapuas.Kabupaten Kapuas Hulu Menjelang Visit Kalbar 2010
Bertualang Menyusuri Jeram Hulu Sungai Kapuas
Eksotis kawasan Kabupaten Kapuas Hulu menyimpan beragam potensi wisata. Alam yang masih perawan, menjadikan Kabupaten berjuluk Bumi Uncak Kapuas ini berbeda. Kekayaan itu bagai zamrud khatulistiwa yang siap untuk diarungi.

 DARI SEKIAN banyak potensi wisata yang paling menantang adalah menyusuri hulu Sungai Kapuas, sungai yang terkenal terpanjang di republik ini. Terbentang dari Kota Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, kemudian melintasi Kabupaten Nangan Pinoh, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, Kubu Raya dan berakhir di Kota Pontianak.
Menyusuri hulu Sungai Kapuas akan menjadi petualangan yang tidak terlupakan. Menghabiskan hari di atas speedboat, menerjang riam nan dahsyat dan eksotis. Menyaksikan bebatuan di kiri dan kanan sungai, bahkan yang berdiri tegak di atas sungai yang dilintasi. Melihat keragaman budaya, adat istiadat dan kehidupan masyarakat Dayak Punan yang mendiami kawasan itu.
Petualangan menerjang hulu Sungai Kapuas bermula dari Kota Putussibau. Perjalanan cukup panjang, setidaknya dua hingga tiga hari hingga sampai di Desa Tanjung Lokang, yang merupakan desa terakhir di hulu sungai. Puluhan riam akan di hadapi sepanjang perjalanan. Sebut saja Riam Batu Tiga, Riam Batu Lintang, Riam Benda’ hingga Riam Bakang. Belum lagi riam di Kapuas Kiri, yang terdapat Riam Delapan dan Riam Matahari yang paling terkenal itu. Perjalanan dari Putussibau menggunakan spead boat akan memperlihatkan pemandangan yang apik dan eksotis. Mulai dari hutan yang masih perawan, hingga perkampungan suku dayak.
Setidaknya, ada beberapa kampung yang dilalui. Mulai dari Desa Melapi, Sayut, Lunsara, Nanga era’, Nanga Lapung, Bungan Jaya hingga ke Tanjung Lokang. Keberagaman adat istiadat, dan budaya masyarakat suku dayak di hulu sungai Kapuas itu merupakan daya tarik tersendiri. Belum lagi kuliner asli sungai, yaitu ikan daerah perhuluan yang terkenal enak, gurih dan memanjakan lidah. Salah satunya Ikan Semah yang berdaging enak dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Rabu, 01 Desember 2010

Wisata Kuliner

Mie Tiaw Pontianak

Mie Tiaw Pontianak
    Chinese food merupakan salah satu kuliner khas Pontianak yaitu Mie Tiaw Apollo yang terletak di Jl. Patimura dan Mie Tiaw 72 di. Jl. Antasari. Pilihannya terdiri dari mie tiaw goring atau mie tiaw siram, keduanya sama-sama nikmat karena mie tiaw ini dilengkapi dengan daging sapi, jeroan, telor, daun sawi dan toge.

Wisata Kuliner

Bubur Pedas Khas Kalbar


    Bubur pedas terbuat dari beras yang ditumbuk halus dioseng, kemudian diberi bumbu2 seperti bawang merah,bawang putih,lada hitam,sere,daun salam tak lupa garam dan gula.Bumbu2 tersebut ditumbuk halus kecuali sere,daun salam tentunya,lalu dioseng juga seperti beras tumbuk.Kemudian bumbu dimasukkan kedalam air mendidih yang kita isi dengan daging atau tetelan tulang sapi, bersama dengan beras tumbuk.
    Setelah beras dan bumbu tercampur kedalam kaldu sapi,maka kita masukkan berbagai macam sayuran seperti kangkung,daun pakis,jagung yang telah dipipil,kentang,daun kunyit dan daun kesum (untuk daun kesum mungkin terasa asing dan hanya ada di Kalbar)daun kesum ini membuat bubur pedas beraroma khas tetapi jika terlalu banyak juga terasa tidak enak bubur pedas nantinya.Apabila telah masak maka bubur pedas siap dihidangkan bersama dengan krupuk,kacang tanah goreng,kecap manis,sambal dan bawang goreng,serta tambahkan pula perasaan air jeruk